SYEKH TUBAGUS JALIMAN THE BIOGRAPHY
بسم الله الرحمن الرحيم
"Dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang"
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad ﷺ didalam kesempatan yang berbahagia ini ijinkan saya menulis dan menuangkan kisah hidup seorang Ulama yang pernah hidup dan berjasa atas penyebaran dakwah serta perjuangan melawan penjajahan kolonialisme Belanda diwilayah Banten dan sekitarnya Ulama tersebut ialah Syekh Tubagus Jaliman سيخ تبغس جلمان Bin Syekh Tubagus Mukhiyi
Banten adalah bagian sejarah nusantara yang tak pernah habis diperbincangkan hingga saat ini, sejak berdirinya kesultanan Banten pada abad ke 16 Masehi oleh Sunan Gunung Jati (Maulana Syarif Hidayatullah) dan Sultan pertama Kesultanan Banten adalah Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570 M), Kesultanan Banten memiliki cacatan sejarah yang menarik yang tak berhenti untuk dibahas berdirinya Kesultanan Banten sebagai manifestasi dari penyebaran Dakwah Islam yang diteruskan dari pendahulu pendahulunya yang tak lain ialah bentuk kewajiban yang turun temurun sehingga menghasilkan tata kelola pemerintahan yang berazaskan syariat islam. Tidak hanya itu sistem perekonomian dan teritorial yang mumpuni mampu mewujudkan tata pemerintahan yang bersaing dari segi perdagangan dan geopolitik international, Dalam rangka menunjang kepentingan dakwah Pemerintahan kesultanan Banten terus melakukan kaderisasi mengirim setiap keluarga kesultanan untuk melanjutkan Pendidikan dakwah di Timur tengah khususnya di Makkah, Madinah atau Hadramaut Yaman, sehingga melahirkan generasi generasi Pemimpin dan ulama ulama yang sampai dengan saat ini ilmunya dapat dinikmati dipondok pondok pesantren tradisional maupun modern, salah satu ulama yang tersebut yang menarik untuk dibahas ialah Syekh Tubagus Jaliman yang mendapat kesempatan untuk mendapatkan Pendidikan di Makkah, Madinah dan Hadramaut yaman selama kurang lebih 15 Tahun.
Masa kecil Syekh Tubagus Jaliman
Berdasarkan catatan kaki dan informasi yang saya dapatkan beliau Lahir di Desa Pematang Kecamatan Kragilan – Serang Banten pada Tahun 1866 tepatnya Hari Rabu 10 Muharam 2432 H, Nama kecil beliau Jaliman atau biasa dipanggil iman oleh ayahanda beliau yaitu Syekh Tubagus Mukhiyi, Syekh Jaliman sejak usia dini atau semasa kecil mondok pesantren dan mendapatkan Pendidikan agama langsung dari Syekh Tubagus Mukhiyi, tak hanya Pendidikan agama beliau pun diajarkan tentang sejarah, Bahasa Arab, Politik, Perdagangan, Pertanian serta Ilmu beladiri silat sebagai bekal untuk menuju Langkah berikutnya yaitu dakwah dan implementasinya, Silat menjadi hal yang wajib dipelajari saat itu sebagai pondasi bela diri dan ini menjadi hal yang lumrah bagi masyarakat Banten dari dulu hingga sekarang, sehingga ada pepatah lama “Wong Banten kedah saget maos qur’an lan silat supados sampurna jasmani lan ruhani” maka tak heran apabila dahulu santri santri yang berasal dan belajar di Banten memiliki keterampilan beladiri silat yang diajarkan dipondok pesantren.
Bakat Syekh Jaliman sedari dini sudah terlihat kemampuan membaca Al-Quran dengan fasih dan tartil sehingga membuatnya tertarik untuk mempelajari Qiro’ah atau seni membaca Al-Qur’an dan tak hanya itu kemampuan Nahwu Shorof nya membuat beliau cukup mumpuni, beliau mempelajari ilmu Tafsir dan tekun mempelajari kitab Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qurtuby dan Tafsir Al- Jalalain, Beranjak dewasa beliau mulai membantu Ayahanda untuk mengajar di Pondok Pesantren yang didirikan Ayahandanya di daerah Mongpok – Sampih.
Mondok Pesantren di Negeri Para Nabi dan Aulia
Pengelolaan Pondok dan Murid Murid Syekh Jaliman
Sekembalinya beliau dari negri para nabi dan aulia beliau langsung menunaikan perintah ayahnya untuk membangun sebuah pondok pesantren dibantu oleh istrinya yang Bernama Ibu Nyai Dewi Sarifah, bertahap pondok mulai beroperasi dengan layak, Beliau memulai untuk menyiapkan sarana dan kebutuhan para santri Syekh Jaliman Menyiapkan beberapa hektar tanah untuk dikelola santri untuk bekal selama di pondok, beliau tidak memungut biaya untuk santri bahkan beliau mewakafkan harta dan ilmu nya hanya untuk kebutuhan para santri, Pengetahuan nya akan ilmu pertanian yang didapatkan dari ayahnya diaplikasikan di pondoknya. semua para santri wajib belajar bercocok tanam, belajar ilmu pertanian dasar, pengelolaan hasil bumi dan perniagaan sehingga kelak santrinya tidak hanya memahami ilmu Agama tapi bisa memahami Ilmu Pertanian, Manajemen serta Pemasaran untuk bekal dikemudian hari selepas mondok di Pesantren Syekh Jaliman. Selain ilmu Nahwu Shorof, Tafsir, Fiqh dan Hadist, Syekh Jaliman mengajar pula Ilmu Tariqoh untuk melebur qolbu yang keras, Mengasah Tauhid agar semua muridnya bisa belajar ilmu Tawadhu seperti beliau ajarkan. catatan kaki yang saya dapatkan Syekh Jaliman “ dadi uwong aje kepengen dideleng wong nduhur sabab sing duhur kuwi hanya Gusti Allah, Kudu dadi pare sing waktune panen tapi boten tegak melainkan nyungkun sing artine rasa syukur karo gusti Allah”
Beliau mempunyai murid murid yang kelak menjadi ulama ulama ternama di Banten dengan nama santri sanga yaitu :
1. Syekh Astari - Cakung
2. Syekh Nawawi Mandaya
3. Syekh Umar Rancalang
4. Syekh Sadeli Bogeg
5. Syekh Balqi Faridan
6. Kyai Zamhari
7. Abuya Ardani Dangdeur
8. Syekh Hamid Banten Girang
9. Syekh Mustaya Binuang
Kesembilan santri beliau ini semuanya adalah Ulama ulama yang cukup fenomenal di Tanah Banten Ilmu agama yang mumpuni, tingkat akademik dan intelektual yang hebat dijaman nya. Bahkan Syekh Jaliman sebagai guru dan mursyid dari santri santri nya tidak segan – segan untuk saling belajar kepada santrinya sendiri seperti Syekh Astari dan Syekh Nawawi Mandaya ada kemungkinan usia Syekh Jaliman dan beberapa santrinya tidak terpaut jauh jadi tidak terlalu segan untuk saling belajar terhadap sesama ulama atau kyai, ahlak ahlak seperti itulah yang diajarkan syekh Jaliman kepada santrinya untuk tetap Tawadhu dan tidak merasa paling tau dan benar sendiri. Bahkan pada era itu Lumrah bagi seorang Ulama atau Kyai untuk saling belajar satu sama lain.
Karomah Syekh Jaliman
Berdasarkan cerita ayahanda dari kakek serta para santrinya beliau mempunyai karomah yang mampu menundukan sesuatu hanya dengan kalimat yang sederhana, untuk menuruti kehendak beliau, tidak hanya itu pergerakan dakwah dan perlawanan nya tidak sanggup terdeteksi oleh penjajah sehingga pondok dan wilayah beliau hampir tidak tersentuh oleh penjajah karena dimata dzohir kaum penjajah pondok dan wilayah syekh Jaliman tidak terlihat oleh kasat mata. Mungkin karena Do’a beliau diijabah oleh Allah agar pondok nya aman dari campur tangan penjajah sehingga kegiatan santrinya tidak terganggu sama sekali. Syekh Jaliman mempunyai kebiasaan berbicara hanya untuk hal yang manfaat, Syekh Jaliman terkenal dikalangan santrinya sangat menjaga lisan nya, karena beliau khawatir apa yang diucapkannya menjadi kenyataan sehingga sangat menjaga agar setiap kalimat yang keluar dari mulutnya hal yang baik-baik saja.
Romantisme Syekh Jaliman
Saat Usia Syekh Jaliman beranjak 33 Tahun sepulang Belajar dari Timur Tengah dan pasca beliau mendirikan pesantren, beliau menikahi seorang Wanita Bernama Nyai Dewi Hafsah yang terpaut usia 14 Tahun, Tahun 1881 Tepatnya 12 Syawal 2447 H Usia Nyai Dewi Ketika dinikahi Syekh Jaliman Berusia 19 Tahun. Hasil dari perjodohan kedua orang tua Syekh Jaliman dan Ibu Nyai Dewi, Dari informasi yang saya dapatkan Ibu Nyai Dewi ini adalah seorang santri yang di mondok di pesantren nya Syekh Tubagus Mukhiyi, Putri dari seorang Ulama atau Kyai yang cukup berpengaruh di Daerah Cikeusal Kragilan Serang – Banten, yang mempunyai garis keturunan kesultanan Banten dan bangsawan dari Sumedang Larang yang dititipkan Ayahnya kepada Syekh Tubagus Mukhiyi Untuk belajar Agama.
Syekh Jaliman dan Ibu Nyai Dewi sebelumnya sudah sudah saling mengenal sebelum menikah dari informasi perjodohan yang sudah direncanakan kedua orang tua beliau, namun keduanya tidak mengenal dan mengetahui secara fisik calon atau teman hidupnya kelak jadi hanya dengar dari orang tua dan kerabat kerabat terdekat. Syekh Jaliman sempat bersurat selama di Madinah kepada Ibu Nyai Dewi surat pertama beliau kepada calon istrinya adalah mempertanyakan apakah Ibu Nyai Dewi bersedia dan tidak keberatan apabila menerima perjodohan, didalam suratnya Syekh menyelipkan ayat Al Qur’an
وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan dan keturunan dari kalangan kami sebagai penenang hati.” QS Al-Furqon 74
Ketika surat nya diterima tak lama Ibu Nyai Dewi membalas surat syekh Jaliman untuk memastikan bahwa beliau tidak keberatan atas perjodohan yang dilakukan orang tua beliau, beliau menerima dengan ikhlas dan menunggu dengan sabar kepulangan calon suaminya yang sedang menuntut ilmu di Negeri para Nabi dan Aulia tersebut, dengan membalas surat dengan menyelipkan ayat Al Qur’an
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِي
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” QS Al-Baqarah 153
Kisah percintaan beliau berdua tidak melihat secara fisik namun keduanya percaya bahwa apabila Allah Ta’alla berkehendak dan Ridho tentu pilihan orang tuanya tidaklah salah, “Cinta itu adalah Rahmat Allah dan Keridhoan nya didapatkan dari berserah diri dan Ikhlas sehingga menumbuhkan perasaan itulah yang dinamakan Jodoh”
Hingga tibalah pada hari kebahagian itu mereka disandingkan dipelaminan dinikahkan dan tak berselang lama Syekh Jaliman dan Ibu Nyai Dewi diberi keturunan, Putra pertama beliau Bernama Haji Abu Bakar di Balaraja , Haji Muhammad Boang di Kragilan dan Ki Rasidi Desa Pematang, Dari informasi yang didapat Syekh Jaliman sempat menikah lagi dengan Wanita yang berasal dari Balaraja dan Bunar yang hingga sampai saat ini belum didapatkan informasi yang lebih valid mengenai 2 istri beliau dan keturunannya selain dari Ibu Nyai Dewi.
Pemberontakan Geger Cilegon dan Seruan Jihad
Silsilah dan Filosofi Syekh Jaliman
Selain Ulama yang terkenal akan Nahwu Shorof, Keilmuan Tafsir Al-Qur’an, Fiqh, Hadist dan keilmuan yang bersanad kuat beliau juga bergaris keturunan dari Kesultanan Banten yakni dari garis ayahnya Syekh Tubagus Mukhiyi Bin Ki Mas Tanjung Bin Pangeran Jafar Sodiq bin
Sultan Abul mafakhir Muhammad Aqiluddin (Aliyuddin II) bin
Sultan Muhammad Aliyuddin I bin
Sultan Muhammad Arif Zainul Asyiqin bin
Sultan Muhammad Syifa Zain Al-Arifin bin
Sultan Abu’l Mahasin Zainul Abidin bin
Sultan Abu Nashar Abdul Qahar bin
Sultan Ageng Tirtayasa bin
Sultan Abdul Mafakhir Mahmud bin
Sultan Maulana Muhammad Ratu Ing Banten bin
Sultan Maulana Yusuf Pasarean bin
Sultan Maulana Hasanuddin bin
Sunan Gunung Jati (Syekh Syarifhidayatullah)
Sampai ke Rosulullah Nabi Muhammad ﷺ dari garis keturunan Syaidina Husein
Filosofi hidup Syekh Jaliman ialah memegang teguh nilai nilai ketawadhuan, ikhlas dalam bertindak, sedikit dalam bertutur kata dan menurut pengakuan para santrinya beliau tidak ingin dikenal secara pribadi dan tidak membutuhkan popularitas dalam kehidupan sosial, beliau hanya ingin meneruskan perjuangan para pendahulunya tanpa pamrih dan hanya ingin pulang kekampung akhirat dengan bekal amal yang diRidhoi Allah Ta’alla sehingga beliau sering mengajarkan kepada muridnya untuk bersikap tenang dan tawadhu,
يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ ࣖࣖ
Wahai jiwa jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (Q.S. Al-Fajr [89]: 27-30)
Semoga Allah Ta’alla merahmati Beliau, melapangkan kuburnya dan ditempatkan Bersama para pendahulu dikalangan para syuhada dan para wali wali Allah.
Demikian sementara yang dapat saya tulis, dan inshaAllah akan dicetak dalam bentuk buku dengan tajuk sastra yang lebih menarik tentang pemikiran, karya dan implemetasi Syekh Jaliman dalam kehidupan, cerita dan catatan kaki tentang Syekh Jaliman ini saya dapatkan dari Ayahanda Abah Hasbullah beliau adalah cucu dari Syekh Jaliman yang kisahnya diceritakan dari Ayahanda nya Haji Muhammad Boang dan sering mendapatkan cerita dari neneknya yaitu Ibu Nyai Dewi selaku istri dari Syekh Jaliman.
Sebelumnya saya mengucapkan Mohon maaf Lahir Bathin apabila ada kekeliruan dalam penulisan, semoga biografi yang belum tuntas ini menjadikan kisah insprasi bagi kita semua, menjadi pelajaran dan dapat diambil hikmahnya untuk dijadikan bekal dikemudian hari sebagai pengingat bahwa kakek buyut kita adalah seorang Ulama dan Aulia dimasanya. sehingga kiranya kita sebagai penerusnya dapat meneruskan apa yang beliau ajarkan, tetaplah rendah hati, menjadi penolong untuk sesama dan menjadi wali bagi Faqir miskin dan Yatim piatu, Akhirul kata
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
21 Ramadhan 1443 H
Assalamualaikum punten bapak saya boleh minta kontaknya untuk penelitian lebih lanjut mengenai syekh Jaliman untuk tugas akhir saya
ReplyDeleteAssalamualaikum hampura bisa minta nomor kontak mang
ReplyDelete